Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kesulitan sekolah secara online selama Pandemi Covid-19


Hal-hal yang bersifat daring (online) menjadi marak semenjak munculnya virus Corona atau lebih dikenal dengan Covid-19. Tiba-tiba semuanya mendadak online. Mulai dari belanja, pertemuan bisnis, rapat, hingga sekolah dibuat menjadi daring. Semua hal tersebut dilakukan untuk meredam dan mencegah penyebaran virus Corona ini hingga virus itu hilang dengan sendirinya atau vaksinnya ditemukan.

Pada artikel ini, saya ingin sedikit membahas mengenai pembelajaran sekolah yang mendadak diubah menjadi daring. Mengapa sekolah harus daring? Apakah tidak ada cara lain?

Sudah pasti sekolah diubah sistemnya menjadi online dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus Corona pada anak sekolahan yang notabenenya adalah penerus bangsa. Kalau para generasi muda terinfeksi virus Corona, sangat dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan mereka. Jadi, opsi yang dilakukan oleh pemerintah adalah membuat anak-anak tetap berada dirumah dan mengikuti pembelajaran secara online.

Sayangnya, tidak semua orang siap dengan perubahan dadakan ini. Semua hal yang mendadak online di sekolah membuat guru dan siswa kalang kabut. Walaupun pelan-pelan mereka sudah bisa mengikuti sistem ini dengan segala kekurangannya.

Nah, tulisan kali ini akan mendiskusikan kesulitan apa saja yang dihadapi guru dan siswa selama bersekolah dengan sistem online ini. Pembahasan selanjutnya saya tuliskan dalam poin-poin berikut:

1. Tidak semua Guru dan Siswa mengerti dengan Pembelajaran Online

Kebanyakan guru di Indonesia tidak mengerti dengan pembelajaran online. Coba bayangkan, sebuah sekolah di kota yang punya guru-guru berkompeten dan semuanya cukup mengerti dengan teknologi informasi, yang setidaknya mereka bisa mengoperasikan komputer. Nah, sekarang bandingkan dengan guru-guru di kabupaten yang jumlahnya lebih banyak dan mereka sangat tidak terbiasa menggunakan teknologi dalam mengajar.

Benar sekali, masih banyak guru yang buta teknologi, terutama teknologi yang bisa digunakan untuk proses belajar mengajar. Jadi, bertemu dengan sistem pembelajaran daring adalah mimpi buruk bagi banyak guru. 

Tidak hanya guru, siswa pun banyak yang tidak bisa mengikuti sistem pembelajaran online. Saya melihat keadaan disuatu sekolah, sebagian besar siswanya berasal dari keluarga petani yang penghasilan mereka tidak jauh dari UMR. Jadi, mereka sangat kesulitan memberikan akses Internet kepada anak-anak mereka, apalagi memberikan akses komputer dan smartphone.

2. Pembelajaran online seharusnya tidak disamakan dengan pembelajaran tatap muka

Pada awal penerapannya, banyak sekolah yang salah kaprah dalam menjalankan pembelajaran online. Jika dalam tatap muka siswa harus belajar dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00, maka pembelajaran online seharusnya lebih singkat daripada itu. Namun, yang terjadi adalah siswa harus online dan belajar melalui gawai mereka dengan durasi yang sama dengan pembelajaran tatap muka.

Apa yang salah dari hal tersebut? Ada dua hal yang salah. Pertama, hal-hal yang bersifat Online seharusnya memudahkan. Pastinya sangat merepotkan harus online selama berjam-jam setiap hari untuk belajar. Kedua, semakin lama online, maka semakin banyak kuota yang digunakan. Jika menggunakan wi-fi, maka tidak masalah, tapi kebanyakan siswa membeli kuota Internet yang pastinya akan menghabiskan banyak uang.

3. Pembelajaran online menuntut siswa untuk belajar mandiri dengan bimbingan orang tua

Hal yang satu ini adalah yang paling sulit dilakukan. Siswa biasanya pergi ke sekolah, mendapatkan materi dari gurunya, mendapatkan fasilitas pembelajaran, dan mendapatkan arahan dalam belajar. Semua aktivitas siswa sudah ada arahan dari gurunya, sehingga siswa tahu apa saja yang harus mereka lakukan selama sekolah.

Tapi, semuanya sangat berbeda ketika melakukan pembelajaran online. Siswa lebih banyak diberikan tugas oleh gurunya yang harus dikerjakan sendiri dari rumah tanpa fasilitas yang biasa mereka dapatkan disekolah. 

Lebih rumit lagi bagi siswa sekolah dasar, guru hanya memberikan tugas dan arahan, kemudian orang tua atau wali murid harus membimbing anak-anaknya dari rumah untuk belajar.

Beberapa cerita yang beredar, para orang tua mengeluh karena mereka menyekolahkan anaknya untuk mendapatkan ilmu di sekolah. Mereka tidak bisa mengajar matematika, atau bahasa Inggris, atau bahkan tidak mengerti dengan Sains. Tapi mereka harus bisa membimbing anaknya untuk belajar dirumah. Belum lagi orang tua yang harus pergi bekerja, mereka tidak akan sempat membimbing anaknya untuk belajar. Alhasil, anak mereka tidak belajar banyak dari sistem tersebut.


Sekolah dengan sistem Belajar online selama wabah Covid-19 ini memang memiliki banyak kemudahan. Tapi sayangnya, banyak juga orang yang tidak bisa mengikuti sistem pembelajaran online secara maksimal. 

Setiap kesulitan pasti ada hikmahnya. Setidaknya itulah yang harus kita yakini saat ini. Buktinya, pihak penyelenggara pendidikan sudah memberikan solusi-solusi untuk memudahkan pembelajaran online seperti memberikan kuota gratis untuk siswa-siswa. 

Sebagai penutup artikel ini, marilah kita berdoa semoga wabah virus Corona ini cepat berakhir, sehingga semuanya kembali normal dan kita bisa mengembalikan kejayaan pendidikan di Indonesia.


Baca juga:
Mengapa Banyak Orang Tidak Bisa Bahasa Inggris?
Cara jitu belajar bahasa Inggris dalam sekejap


Post a Comment for "Kesulitan sekolah secara online selama Pandemi Covid-19"